Kamis, 26 November 2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Secara geografis bentuk pulau Ambon menyerupai hurup V, dimana sisi yang satu merupakan pusat pemerintahan dan yang lainnya merupakan pusat pendidikan khususnya perguruan tinggi dan ditengahnya dibatasi oleh laut.

Selama ini terdapat dua moda transportasi yang menghubungkan kedua sisi pulau Ambon yaitu: 
1. moda laut dengan menggunakan kapal feri  rute Galal-Poka dengan jarak tempuh 0,5 mil dan waktu tempuh 15 menit serta waktu bongkar/muat 15 menit. Waktu pengoperasian kapal feri per hari dimulai dari pukul 06:00  Galala WIT sampai 21:00 WIT, sehingga jumlah trip yang tersedia pada lintasan tersebut adalah sebanyak 60 trip/hari, yang dilayani oleh dua unit kapal. 
2. Moda darat, yaitu melalui jalan lingkar (Galala – Poka) dengan jarak tempuh sekitar 17 km yang memakan waktu kurang lebih 30 sampai 40 menit. 

 Untuk saat ini keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang ada sudah dianggap tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan aktifitas transportasi antara ke-dua sisi pulau tersebut, dapat dikatakan demikian karena padatnya aktivitas penyeberangan melalui kapal feri sangat dibatasi oleh waktu, dimana pada malam hari kapal feri sudah tidak lagi beroperasi, sedangkan pada jalan lingkar-pun terjadi penyumbatan/kemacetan di ruas jalan desa Paso yg diakibatkan oleh adanya pasar rakyat yang berada di sepanjang ruas jalan tersebut dan ditambah dengan luas jalan yg tidak sepadan dengan volume kendaraan yang ada.
            Oleh karena itu pada tahun 2011 pemerintah provinsi Maluku bekerjasama dengan pemerintah kota Ambon dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah melaksanakan pembangunan jembatan Merah-Putih yang menghubungkan kedua sisi tersebut yang berlokasi di desa Galala dan Poka, dan direncanakan akan selesai pada tahun 2014 serta siap digunakan pada tahun 2015.
 Keberadaan jembatan Merah-Putih tersebut selain untuk menunjang aktivitas penyeberangan di Galala-Poka juga ditetapkan sebagai icon kota Ambon yang merupakan lambang pemersatu diantara bermacam-macam perbedaan yang ada ditengah masyarakat Maluku, khusunya pulau Ambon.

            Dengan beroperasinya jembatan Merah-Putih di tahun 2015, maka secara langsung hal ini akan mempengaruhi kinerja kapal feri yang selama ini melayani rute Galala-Poka (dalam hal ini adalah laba/rugi pengoperasian kapal feri). Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan dengan pihak ASDP cabang Galala-Poka, ternyata dari ASDP belum merencanakan suatu langkah antisipasi terhadap dampak  yang akan ditimbulkan dari keberadaan jembatan tersebut, pihak ASDP sangat  optimis akan tetap bisa meraut keuntungan/laba dari potensi muatan yang akan   bertahan menggunakan layanannya yaitu para pejalan kaki (kategori dewasa dan mahasiswa), karena yakin bahwa dapat berkompetisi dengan jembatan Merah-Putih maka pihak ASDP berencana untuk menambah 1 ( satu ) unit kapal feri yang baru guna melayani  rute tersebut. Jika hal ini terus diabaikan, maka suatu saat nanti dari pihak ASDP akan mengalami kesulitan dan kewalahan dalam mengatasi dampak negatif (jika terjadi kerugian) yang ditimbulkan dari pengoperasian Jembatan tersebut di tahun 2015. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sebuah studi yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang laba/rugi pengoperasian kapal feri yang akan terjadi pasca pengoperasian Jembatan Merah-Putih, guna dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.

1.2.  Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan jembatan MerahPutih terhadap
kapal feri rute Galala-Poka (dalam hal ini adalah laba/rugi pengoperasian kapal) ?
b. Berapa besar manfaat yang dapat di terima oleh masyarakat ketika beralih darikapal feri dan memilih menggunakan jembatan untuk melakukan aktivitas  penyeberangan di rute Galala-Poka (dalam hal ini adalah waktu dan biaya perjalanan dari sang pengguna jasa penyeberangan) ?







1.4.  Tujuan
a. Mengkaji pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan jembatan Merah-Putih terhadap operasional kapal feri rute Galala-Poka (dalam hal ini adalah laba/ rugi pengoperasian kapal feri). 
b. Mengkaji manfaat ekonomis yang akan diterima oleh pengguna jasa (dalam hal ini adalah efisiensi waktu dan biaya penyeberangan ketika beralih dari menggunakan kapal feri ke jembatan).

1.5.  Manfaat
a. Mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan  jembatan Merah-Putih terhadap pengoperasian kapal feri (dalam hal ini laba/rugi pengoperasian kapal feri pasca pengoperasian jembatan MerahPutih).

b. Mengetahui besarnya efisiensi biaya dan waktu yang dapat diberikan oleh jembatan Merah-Putih dalam melayani kegiatan penyeberangan dari GalalaPoka.

c. Sebagai bahan masukan untuk pihak ASDP selaku penyedia jasa angkutan penyeberangan kapal feri rute Galala – Poka, guna mengetahui besarnya dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan jembatan Merah-Putih (dalam hal ini adalah laba/rugi pengoperasian kapal).












BAB II
PEMBAHASAN

Merah Putih merupakan nama dari jembatan yang rencananya akan  dibangun untuk menghubungkan desa Galala-Hative Kecil dengan Rumahtiga-Poka. Keberadaan jembatan ini merupakan buah harapan masyarakat Ambon terhadap persungutan mereka mengenai jalan pintas atau akses cepat dari bandara Pattimura ke pusat kota. Memang benar jika Pemerintah sudah menemukan solusi mengenai hal tersebut. sejak dulu, yaitu dengan mengadakan Kapal Ferry Poka-Galala, namun sepertinya  hal ini dinilai tidak efektif untuk mereka yang dalam keadaan terburu-buru atau membutuhkan waktu yang lebih singkat, dikarenakan Kapal Ferry harus berlabuh untuk memenuhi daya muatnya dengan penumpang, baik penumpang perseorangan maupun penumpang berkendara, inbiasani ya memakan waktu hingga 15 menit. Atas dasar masalah tersebut maka Pemerintah dan masyarakat Ambon berinisiatif untuk membuat sebuah jalur lintas baru yang lebih efektif, solusinya yaitu membangun sebuah jembatan penghubung dua jasirah ini (Leitimur dan Leihitu).
Sejak 26 Juli 2011 telah dimulai pembangunan jembatan Merah Putih yang direncanakan akan selesai 12 Oktober 2013 (810 hari) ditambah dengan masa pemeliharaan sekitar 730 hari, anggaran pembangunan jembatan bersumber dari APBN senilai Rp.249.614.400.000,00 ini dianggarkan pembangunannya dari tahun 2011 hingga 2013 dan bertindak sebagai kontraktor pelaksana yakni PT. Wijaya Karya (WiKa) Persero Tbk.
Jembatan Merah Putih merupakan salah satu dari perencanaan pembangunan PEMDA Maluku yang realisasiannya sedang berjalan hingga sekarang, memang benar jika jembatan ini akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Ambon misalnya dalam memberikan akses pintas dari jasirah Leihitu ke Leitimur maupun sebaliknya, direncanakan dibawah jembatan ini akan dibuat sebuah taman yang indah sesuai dengan skema gambar yang dipamerkan PT. Wijaya Karya (WiKa) Persero Tbk yang dipampang di areal pagar pembatas wilayah kerja dengan pemukiman warga.


.
Pertumbuhan Ekonomi adalah bagian penting dari pembangunan sebuah negara atau daerah atau dapat dikatakan merupakan salah satu indikator penting untuk menjelaskan bahwa suatu negara itu mampu secara finansial atau sejahtera. Setiap daerah memerlukan dana yang cukup besar untuk meningkatkan ekonomi di daerahnya, dimulai dari penggunaan dana untuk pembangunan infrastruktur daerah sampai pada pembangunan Sumber Daya Manusia.
Maluku merupakan daerah kepulauan yang beribukota di Ambon. Maluku sering disebut dengan “Pulau didalam laut dan laut di dalam pulau” yang memiliki Potensi perikanan yang sangat besar dan merupakan sektor unggulan, hal ini bisa dilihat dari berbagai sektor yakni sektor pariwisata bahari, perikanan, pertambangan laut, transportasi laut, industri kelautan, bangunan kelautan dan jasa kelautan.
Untuk menempuh perjalanan di kota Ambon, masyarakat dapat menggunakan jalur laut (melewati teluk Ambon) maupun jalur darat. Teluk Ambon memiliki keunikan tersendiri, keunikan ini berupa alat transportasi laut, yakni perahu layar dengan kapasitas penumpang mulai dari 2 sampai 14 orang yang kemudian didayung atau dikemudikan oleh satu orang tukang perahu. Untuk satu orang penumpang harus membayar Rp.1000,-.
Keunikan ini bukan hanya menjadi kebanggaan dari masyarakat Maluku khususnya kota Ambon, namun juga merupakan lahan atau tempat dimana masyarakat disekitar tempat itu memperoleh pendapatan untuk kehidupan pribadi dan keluarga yaitu dengan mata pencaharian sebagai Tukang Perahu. Seiring dengan berjalannya waktu dan seperti tadi telah dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditandai dengan salah satunya adalah pembangunan infrastruktur, maka di kota Ambon sejak tahun 2008 telah dilakukan proyek pembangunan Jembatan Merah Putih. Dengan dilatarbelakangi oleh kehidupan Masyarakat dalam hal ini Tukang perahu, pendapatan dan perekonomian maka akan dijelaskan pada paragraf - paragraf selanjutnya tentang : “Dampak Pembangunan Jembatan Merah Putih di Teluk Ambon Manise“
Proyek pembangunan jembatan Merah-Putih yang akan membentang di atas Teluk Ambon akan mulai dikerjakan pertengahan 2011. Panjang 'jembatan gantung' ini mencapai 1,02 km, dengan 300 meter di antaranya berada di atas Teluk Ambon. Sedangkan lebar Jembatan 23 meter dan tingginya 35 meter. Jembatan Merah Putih akan menghubungkan Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, dengan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, yang dekat dengan bandara Pattimura. Dari total kebutuhan dana sebesar Rp 650 miliar, dana sekitar Rp 100 miliar telah dialokasikan dalam APBN tahun ini. Pemerintah bermaksud membangun jembatan untuk memperpendek jarak dan mempercepat waktu tempuh dari Kota Ambon ke Bandara Pattimura di Desa Laha dan Universitas Pattimura Ambon di Poka sekaligus membangun kawasan Laha hingga Poka karena sudah padatnya Kota Ambon. Saat ini, perjalanan menuju Laha hingga Poka dari Ambon bisa menggunakan kapal motor feri dengan waktu sekitar 30 menit atau melalui jalan darat sejauh sekitar 20 kilometer atau selama sekitar 45 menit. Adanya jembatan akan membuat waktu tempuh tinggal sekitar 10 menit dan jaraknya pun hanya 1 kilometer.
Meski demikian, pembangunan jembatan ini dipertanyakan. Hal ini terjadi karena beberapa hal ; yang pertama masih banyak ruas jalan penghubung antar kabupaten di Maluku yang buruk kondisinya. Ruas jalan Namlea, Kabupaten Buru, ke Namrole, Kabupaten Buru Selatan, misalnya, sepanjang sekitar 30 kilometer berupa jalan tanah. Begitu pula di ruas jalan penghubung antar kabupaten di Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Timur, jalan sepanjang 15 kilometer masih berupa lapisan pasir dan batu. Menurut salah satu Ketua Komisi D DPRD Maluku Suhfi Majid, Kamis (17/2/2011), “Jalan penghubung antar kabupaten lebih penting daripada Jembatan Merah Putih”. Dengan adanya perbaikan Jalan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat karena didaerah daerah yang jauh dari kota Ambon, pemukiman masyarakat masih kurang dan lebih banyak merupakan lahan pertanian, sehingga apabila kelancaran transportasi terjamin maka akses informasi dan pasar akan lebih mudah yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, apalagi daerah Buru Selatan dan Seram Bagian Timur adalah kabupaten yang baru dimekarkan. Selain jalan antar kabupaten yang masih buruk, yang kedua transportasi laut yang menghubungkan antar pulau pun belum memadai.
Menurut pengamat pembangunan Maluku dari Universitas Pattimura Ambon, Ampi Tulalesi, dikatakan bahwa dana pembangunan jembatan merah putih lebih baik dialihkan guna menambah armada transportasi laut. Dengan demikian, transportasi warga ataupun hasil bumi warga ke Ambon bisa lebih cepat. Dengan kata lain Pemerintah harus lebih arif. Dengan banyaknya masalah transportasi di Maluku, lebih baik pembangunan Jembatan Merah Putih ditunda dan dananya dialihkan untuk memperbaiki konektivitas antar kabupaten di Maluku," kata Suhfi Majid. Yang ketiga, pembangunan jembatan merah putih Ambon mulai mengundang kekhawatiran dari sebagian masyarakat khususnya warga Desa Galala, Poka dan Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon yang sehari hari berprofesi sebagai tukang perahu. Ini merupakan mata pencaharian yang telah mereka geluti puluhan tahun. Walaupun dari pihak pemerintah salah satunya Asisten I Kota Ambon, Dra. Jos Lopulalan menyatakan bahwa Perahu itu unik dan akan tetap digunakan sebagai alat penyeberangan khusus untuk mahasiswa dan masyarakat yang sekaligus ingin menikmati panorama laut, namun mereka masih tetap khawatir hingga hari ini. Kondisi tukang perahu yang seperti ini akan sangat berdampak pada perekonomian karena tingkat pendapatan yang menurun ataupun tingkat pengangguran yang bertambah dan juga menurunnya kualitas Sumber daya Manusia, karena mungkin mereka sulit untuk membiayai pendidikan anak anak mereka, sehingga efek dari meningkatnya pengangguran adalah peningkatan kriminalitas di Kota Ambon.
Untuk ketiga masalah ini, perlu adanya kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang terfocus pada sektor – sektor pertumbuhan ekonomi, misalnya Perikanan yang merupakan sektor unggulan di Kota Ambon. Kebijakan yang akan diambil perlu memperhatikan sisi ekologi, ekonomi, sosial, yang akan diatur oleh sebuah institusi yang dalam hal ini adalah dinas yang terkait dengan kondisi dan kebutuhan Kota Ambon.
Untuk masalah yang pertama sangat berhubungan erat dengan faktor ekonomi yaitu Alokasi dana yang tepat agar pembangunan dapat merata di seluruh daerah di kota Ambon. Begitupun dengan masalah yang kedua masih juga pada Alokasi dana yaitu penyediaan armada laut yang dapat memperlancar hubungan masyarakat di daerah - daerah dengan Kota Ambon, karena Maluku merupakan daerah yang terdiri dari Pulau pulau kecil yang dipisahkan oleh laut. Masalah yang ketiga dapat dikaji dari sisi Sosial masyarakat, yaitu pemerintah sebagai pengambil kebijakan, perlu memikirkan alternatif pekerjaan yang lain untuk masyarakat sekitar khususnya tukang perahu yang khawatir akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan.
Apabila semua kebijakan ini diarahkan pada pengembangan perikanan di Maluku khususnya Kota Ambon, dan melihat pada kesamaan tujuan yaitu pembangunan transportasi laut (bangunan Kelautan), maka persoalan kedua menarik untuk dibicarakan. Kekhawatiran dari tukang perahu di teluk Ambon Baguala, memaksa pemeritah untuk harus berpikir keras tentang apa yang harus dibuat untuk mengatasi berbagai kecemasan mereka. Keunikan dari transportasi laut yang berupa perahu layar dan keindahan laut yang dapat dinikmati ketika melintasi teluk Ambon Baguala ternyata bukan hanya bisa dimanfaatkan untuk sumber pendapatan masyarakat tukang perahu tetapi juga untuk menambah devisa bagi pemerintah daerah yaitu Teluk Ambon dan Perahu layar bisa dijadikan aset Pariwisata, namun ini diperhadapkan dengan 2 hal utama yaitu menyangkut lingkungan dan Tukang Perahu. Kondisi lingkungan Teluk Ambon baguala telah tercemar dengan berbagai limbah dari kapal maupun sampah masyarakat, masih mungkinkah laut ini dijadikan sebagai kawasan Wisata?...... Selain itu ketika dijadikan kawasan Pariwisata, apakah Tukang Perahu dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbatas dapat memperoleh peluang untuk bekerja dan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pada menjadi tukang perahu?
EFEK DAMPAK PEMBANGUNAN JEMBATAN MERAH PUTIH BAGI KEANEKARAGAMAN BIOTA LAUT DI PESISIR PANTAI RUMAH TIGA DAN PESISIR PANTAI GALALA

            Untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah sangat diperlukan suatu infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi itu, khususnya pembangunan jalan dan jembatan. Dengan sarana jalan dan jembatan yang memadai ini, maka proses pertumbuhan ekonomi pada daerah itu akan berjalan dengan lancar dan baik. Pembangunan jalan dan jembatan ini juga bagus karena cepat untuk menuju suatu daerah yang ingin dituju. Salah satu infrstruktur yang dibuat itu adalah Jembatan Merah Putih di Ambon.
            Jemabatan dengan panjang 1,06 kilometer, dengan 300 meter diantaranya berada di atas teluk Ambon. Sedangkan lebar Jembatan 23 meter dan tingginya 35 meter ini akan dibangun untuk menghubungkan dua desa, yaitu Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Jembatan yang menghubungkan dua desa tersebut berfungsi untuk mempercepat akses jalan dari Bandara Pattimura Ambon menuju ke Pusat Kota Ambon dan juga untuk mempercepat akses mahasiswa ke Universita Pattimura Ambon.
            Jembatan yang dibangun ini juga mempunyai hubungan dengan biodiversitas atau biasa disebut dengan keanekaragaman hayati. Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.
            Salah satu dari biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) adalah Keanekaragaman Ekosistem. Keanekaragaman Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada lingkungan tersebut akan dihuni berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan.
Perbedaan komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah tersebut juga bervariasi baik mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi ini akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Salah satu ekosistem adalah Laut.
            Pada pembangunan Jembatan Merah Putih ini juga mempunyai suatu hubungan atau interaksi timbal balik antara Jembatan Merah Putih dengan lingkungan sekitarnya. Lebih khusus hubungannya dengan biota laut yang ada pada pesisir pantai rumah tiga dan pantai galala. Biota laut yang ada pada sekitar pantai rumah tiga dan pantai galala ini sangatlah banyak mulai dari terumbu karang, hewan – hewan laut seperti ikan, dan masih banyak lagi. Biota – biota laut ini sangatlah penting untuk memenuhi keseimbangan lingkungan sekitarnya, terkhususnya pada pesisr pantai rumah tiga dan pantai galala.

            Adapun dampak yang ditmbulkan oleh Pembangunan Jembatan Merah Putih, dampak yang diberikan sangat banyak seperti untuk memperpendek jarak dan mempercepat waktu tempuh dari Kota Ambon ke Bandara Pattimura di Desa Laha dan Universitas Pattimura Ambon di Poka sekaligus membangun kawasan Laha hingga Poka karena sudah padatnya Kota Ambon. Saat ini, perjalanan menuju Laha hingga Poka dari Ambon bisa menggunakan feri dengan waktu sekitar 30 menit atau melalui jalan darat sejauh sekitar 20 kilometer atau selama sekitar 45 menit. Adanya jembatan akan membuat waktu tempuh tinggal sekitar 10 menit karena jarak yang di tempuh hanya 1,06 kilometer meter saja. Bisa juga menjadi icon untuk kota Ambon dan menjadi tempat pariwisata juga dapat meningkatkan nama Maluku dalam prestasi pertumbuhan ekonomi nasional maupun dunia.
            Selain dampak diatas, ada juga dampak yang merugikan bagi lingkungan sekitarnya yakni pencemaran pada air laut yang disebabkan oleh logam – logam berat yang ada pada pembangunan jembatan ini. Pencemaran ini akan membuat zat – zat dari logam tersebut ada yang larut didalam laut dan juga ada yang tenggelam kedasar laut. Sebagian zat ini akan masuk kedalam jaringan tubuh organisme yang ada pada sekitar pesisir pantai tersebut. Pencemaran oleh zat – zat logam yang masuk ke pantai ini akan langsung diserap oleh fitoplankton, kemudian fitoplankton dimakan oleh zooplankton. Baik fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan plantivores (pemakan plankton) dan seterusnya sampai terjadi rantai makanan mulai fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila pencemaran ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan tercemar yang tinggi.
                Adapun dampak merugikan lainnya yang diakibatkan oleh pencemaran ini yaitu rusaknya terumbu – terumbu karang yang ada pada dasar pantai tersebut. Padahal banyak manfaat yang di berikan terumbu karang seperti Sumber ikan dan makanan laut lainnya yang mengandung protein tinggi, Melindungi pantai dan penduduk dari hantaman ombak dan arus, sumber penghasilan bagi nelayan (tangkapan ikan), Kekayaan pariwisata bahari yang berdaya jual tinggi (memancing, menyelam,), Sumber kekayaan laut yang bisa digunakan sebagai obat-obatan alami, Sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian.
            Dampak lainnya yang berhubungan dengan sekitar pantai rumah tiga dan pantai galala yaitu, pencemaran zat logam yang terus menerus dilakukan juga akan membunuh ikan – ikan yang berada pada daerah pembangunan jembatan tersebut. Selanjutnya yaitu hilangnya tempat tinggal ikan karena air yang tercemar dan terumbu karang yang sudah rusak.
            Terlepas dari itu, dampak yang ditumbulkan dari pembangunan Jembatan Merah Putih untuk adalah terpuruknya perekonomian warga yang tinggal di daerah pesisir pantai rumah tiga dan pesisir pantai galala. Karena, ketika Jembatan Merah Putih ini selesai di bangun dampaknya akan dirasakan oleh beberepa pihak seperti ASDP dalam hal ini kapal Ferry yang selama ini beroperasi di daerah Poka-Galala. Orang tidak akan lagi menaiki kendaraan penyeberangan ini karena dengan alasan efesiensi waktu. Jika minat untuk memakai jasa Ferry ini mungurang ototmatis para penjual jajanan yang tidak lain adalah warga sekitar pesisir panati rumah tiga dan pesisir pantai galala ini mereka akan mengalami penurunan penghasilnnya.
            Pihak berikutnya yang merasakan dampak negatif dari pembangunan jembatan Merah Putih ini adalah para pendayung perahu yang setiap harinya melakukan pekerjaan ini untuk menghidupi diri mereka dan keluarganya, pengguna perahu yang biasanya menggunakan jasa  pendayung perahu Poka-Galala akan lebih memilih jembatan Merah Putih sebagai  jalur  penyebrangan karena mereka lebih mengutamakan keselamatan dan mempersingkat waktu. Padahal angkutan perahu ini menjadi favorit para mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon. Karena dengan menggunakan jasa perahu, mereka lebih cepat tiba di kampus dibandingkan menggunakan kapal penyeberangan Ferry. Dari alasan inilah maka bukan tidak mungkin jika akan muncul penganggur-penganggur baru karena pekerjaan sebagai pendayung perahu sudah tidak bisa lagi diandalkan.
Dan itulah beberapa dampak yang diberikan oleh akibat pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan antara Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.












BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kenyataan kondisi yang ada di Teluk Ambon baguala yaitu:
  • Perikanan merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku khususnya kota Ambon
  • Pembangunan pasti memberi dampak baik positif maupun negatif. Pembangunan jembatan merah putih merupakan bukti fisik keberhasilan pemerintah Propinsi Maluku khususnya Kota Ambon yang pada sisi lain memberi dampak kurang baik terhadap masyarakat pesisir khususnya tukang perahu di Teluk Ambon Baguala
  • Pembanguan di daerah Maluku masih sangat terpusat pada kota Ambon.
  • Kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tergantung pada kondisi disekitar lingkungan dan juga pendapatan masyarakat itu sendiri
  • Dengan pendapatan yang baik akan meningkatkan Kualitas Sumber daya Manusia karena mengurangi pengangguran dan memampukan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang tinggi serta mengurangi tingkat kriminalitas di daerah Pembangunan jembatan merah putih akan lebih terasa manfaatnya jika pemerinatah daerah mau memikirkan dan menyediakan alternatif pekerjaan lain kepada tukang perahu.Selain sebagai sumber pendapatan, pemanfaatan perahu layar juga dapat di jadikan sumber devisa negara ababila di jadikan sebagai asset Wisata, namum kondisi perairan teluk Ambon Baguala sudah tercemar dengan berbagai limbah, baik kapal maupun limbah masyarakat yang berupa sampah dan lain lain





3.2 SARAN
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kota Ambon yaitu:
  • Menitik-beratkan pembangunan pada sektor perikanan dengan tidak mengabaikan sektor lainnya
  • Mengalokasikan dana secara adil dan merata kepada pembangunan transportasi bukan hanya terpusat di kota Ambon namun juga di daerah daerah lain di Maluku
  • Memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai tukang perahu, dan masyarakat lain secara keseluruhan
  • Membantu pemerintah Indonesia dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang merupakan lingkaran setan bagi negara kita yang diakibatkan oleh penurunan pendapatan akibat pengangguran dan akan berdampak pada penurunan kualittas Sumberdaya manusia serta peningkatan Kriminalitas
  • Pemerintah daerah kota Ambon, perlu menyediakan lapangan pekerjaan yang lain kepada tukang perahu yang khawatir akan kehilangan pekerjaan akibat pembangunan jembatan merah putih
  • Mengadakan pelatihan kepada Tukang perahu atau masyarakat pesisir umumnya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kualitas hidup dan mampu bersaing dalam dunia pekerjaan.
  • Kondisi teluk Ambon Baguala perlu diperhatikan agar tidak tercemar
  • Pembangunan Perikanan bukan untuk saat ini saja, tapi harus berkelanjutan sehingga bukan hanya dinikmati oleh generasi sekarang namun juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
  • Pembangunan berkelanjutan dapat terjadi jika pelaku pembangunan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan ekologi serta pengaruh dari tekhnologi
Apabila solusi ini benar-benar diimplementasikan tentu tidak akan ada penganguran akibat dari pembangunan jembatan Merah Putih, karena semua pihak bisa diuntungkan, kami sebagai anak-anak tanah ini ingin PEMDA Maluku bisa melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan bersama.