BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Secara geografis bentuk pulau Ambon menyerupai hurup V, dimana
sisi yang satu merupakan pusat pemerintahan dan yang lainnya merupakan pusat
pendidikan khususnya perguruan tinggi dan ditengahnya dibatasi oleh laut.
Selama ini terdapat dua moda transportasi yang menghubungkan kedua
sisi pulau Ambon yaitu:
1. moda
laut dengan menggunakan kapal feri rute
Galal-Poka dengan jarak tempuh 0,5 mil dan waktu tempuh 15 menit serta waktu
bongkar/muat 15 menit. Waktu pengoperasian kapal feri per hari dimulai dari
pukul 06:00 Galala WIT sampai 21:00 WIT,
sehingga jumlah trip yang tersedia pada lintasan tersebut adalah sebanyak 60
trip/hari, yang dilayani oleh dua unit kapal.
2. Moda
darat, yaitu melalui jalan lingkar (Galala – Poka) dengan jarak tempuh sekitar
17 km yang memakan waktu kurang lebih 30 sampai 40 menit.
Untuk saat ini keberadaan sarana dan prasarana
transportasi yang ada sudah dianggap tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk melakukan aktifitas transportasi antara ke-dua sisi pulau
tersebut, dapat dikatakan demikian karena padatnya aktivitas penyeberangan
melalui kapal feri sangat dibatasi oleh waktu, dimana pada malam hari kapal
feri sudah tidak lagi beroperasi, sedangkan pada jalan lingkar-pun terjadi
penyumbatan/kemacetan di ruas jalan desa Paso yg diakibatkan oleh adanya pasar
rakyat yang berada di sepanjang ruas jalan tersebut dan ditambah dengan luas
jalan yg tidak sepadan dengan volume kendaraan yang ada.
Oleh karena itu pada tahun 2011 pemerintah provinsi Maluku
bekerjasama dengan pemerintah kota Ambon dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU)
telah melaksanakan pembangunan jembatan Merah-Putih yang menghubungkan kedua
sisi tersebut yang berlokasi di desa Galala dan Poka, dan direncanakan akan selesai
pada tahun 2014 serta siap digunakan pada tahun 2015.
Keberadaan jembatan Merah-Putih tersebut
selain untuk menunjang aktivitas penyeberangan di Galala-Poka juga ditetapkan
sebagai icon kota Ambon yang merupakan lambang pemersatu diantara
bermacam-macam perbedaan yang ada ditengah masyarakat Maluku, khusunya pulau
Ambon.
Dengan beroperasinya jembatan Merah-Putih di tahun 2015,
maka secara langsung hal ini akan mempengaruhi kinerja kapal feri yang selama
ini melayani rute Galala-Poka (dalam hal ini adalah laba/rugi pengoperasian
kapal feri). Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan dengan pihak
ASDP cabang Galala-Poka, ternyata dari ASDP belum merencanakan suatu langkah
antisipasi terhadap dampak yang akan
ditimbulkan dari keberadaan jembatan tersebut, pihak ASDP sangat optimis akan tetap bisa meraut keuntungan/laba
dari potensi muatan yang akan bertahan menggunakan layanannya yaitu para
pejalan kaki (kategori dewasa dan mahasiswa), karena yakin bahwa dapat
berkompetisi dengan jembatan Merah-Putih maka pihak ASDP berencana untuk
menambah 1 ( satu ) unit kapal feri yang baru guna melayani rute tersebut. Jika hal ini terus diabaikan,
maka suatu saat nanti dari pihak ASDP akan mengalami kesulitan dan kewalahan
dalam mengatasi dampak negatif (jika terjadi kerugian) yang ditimbulkan dari
pengoperasian Jembatan tersebut di tahun 2015. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan sebuah studi yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
laba/rugi pengoperasian kapal feri yang akan terjadi pasca pengoperasian
Jembatan Merah-Putih, guna dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan jembatan
MerahPutih terhadap
kapal feri rute
Galala-Poka (dalam hal ini adalah laba/rugi pengoperasian kapal) ?
b. Berapa besar manfaat yang dapat di terima oleh masyarakat
ketika beralih darikapal feri dan memilih menggunakan jembatan untuk melakukan
aktivitas penyeberangan di rute
Galala-Poka (dalam hal ini adalah waktu dan biaya perjalanan dari sang pengguna
jasa penyeberangan) ?
1.4. Tujuan
a. Mengkaji pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan jembatan
Merah-Putih terhadap operasional kapal feri rute Galala-Poka (dalam hal ini
adalah laba/ rugi pengoperasian kapal feri).
b. Mengkaji manfaat ekonomis yang akan diterima oleh pengguna jasa
(dalam hal ini adalah efisiensi waktu dan biaya penyeberangan ketika beralih
dari menggunakan kapal feri ke jembatan).
1.5. Manfaat
a. Mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari
keberadaan jembatan Merah-Putih terhadap pengoperasian kapal feri
(dalam hal ini laba/rugi pengoperasian kapal
feri pasca pengoperasian jembatan MerahPutih).
b. Mengetahui besarnya efisiensi biaya dan waktu yang dapat
diberikan oleh jembatan Merah-Putih dalam melayani kegiatan penyeberangan dari
GalalaPoka.
c. Sebagai bahan masukan untuk pihak ASDP selaku penyedia jasa
angkutan penyeberangan kapal feri rute Galala – Poka, guna mengetahui besarnya dampak
yang ditimbulkan oleh keberadaan jembatan Merah-Putih (dalam hal ini adalah
laba/rugi pengoperasian kapal).
BAB II
PEMBAHASAN
Merah Putih merupakan nama dari jembatan yang rencananya akan
dibangun untuk menghubungkan desa Galala-Hative Kecil dengan
Rumahtiga-Poka. Keberadaan jembatan ini merupakan buah harapan masyarakat Ambon
terhadap persungutan mereka mengenai jalan pintas atau akses cepat dari bandara
Pattimura ke pusat kota. Memang benar jika Pemerintah sudah menemukan solusi
mengenai hal tersebut. sejak dulu, yaitu dengan mengadakan Kapal Ferry
Poka-Galala, namun sepertinya hal ini dinilai tidak efektif untuk mereka
yang dalam keadaan terburu-buru atau membutuhkan waktu yang lebih singkat,
dikarenakan Kapal Ferry harus berlabuh untuk memenuhi daya muatnya dengan
penumpang, baik penumpang perseorangan maupun penumpang berkendara, inbiasani
ya memakan waktu hingga 15 menit. Atas dasar masalah tersebut maka Pemerintah
dan masyarakat Ambon berinisiatif untuk membuat sebuah jalur lintas baru yang
lebih efektif, solusinya yaitu membangun sebuah jembatan penghubung dua jasirah
ini (Leitimur dan Leihitu).
Sejak 26 Juli 2011 telah dimulai pembangunan jembatan Merah Putih yang direncanakan
akan selesai 12 Oktober 2013 (810 hari) ditambah dengan masa pemeliharaan
sekitar 730 hari, anggaran pembangunan jembatan bersumber dari APBN
senilai Rp.249.614.400.000,00 ini dianggarkan pembangunannya dari tahun 2011
hingga 2013 dan bertindak sebagai kontraktor pelaksana yakni PT. Wijaya
Karya (WiKa) Persero Tbk.
Jembatan Merah Putih
merupakan salah satu dari perencanaan pembangunan PEMDA Maluku yang
realisasiannya sedang berjalan hingga sekarang, memang benar jika jembatan ini
akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Ambon misalnya dalam memberikan
akses pintas dari jasirah Leihitu ke Leitimur maupun sebaliknya, direncanakan
dibawah jembatan ini akan dibuat sebuah taman yang indah sesuai dengan skema
gambar yang dipamerkan PT. Wijaya Karya (WiKa) Persero Tbk yang dipampang di
areal pagar pembatas wilayah kerja dengan pemukiman warga.
.
Pertumbuhan Ekonomi adalah bagian penting dari
pembangunan sebuah negara atau daerah atau dapat dikatakan merupakan salah satu
indikator penting untuk menjelaskan bahwa suatu negara itu mampu secara
finansial atau sejahtera. Setiap daerah memerlukan dana yang cukup besar untuk
meningkatkan ekonomi di daerahnya, dimulai dari penggunaan dana untuk
pembangunan infrastruktur daerah sampai pada pembangunan Sumber Daya Manusia.
Maluku merupakan daerah kepulauan yang beribukota di
Ambon. Maluku sering disebut dengan “Pulau didalam laut dan laut di dalam
pulau” yang memiliki Potensi perikanan yang sangat besar dan merupakan sektor
unggulan, hal ini bisa dilihat dari berbagai sektor yakni sektor pariwisata
bahari, perikanan, pertambangan laut, transportasi laut, industri kelautan,
bangunan kelautan dan jasa kelautan.
Untuk menempuh perjalanan di kota Ambon, masyarakat
dapat menggunakan jalur laut (melewati teluk Ambon) maupun jalur darat. Teluk
Ambon memiliki keunikan tersendiri, keunikan ini berupa alat transportasi laut,
yakni perahu layar dengan kapasitas penumpang mulai dari 2 sampai 14 orang yang
kemudian didayung atau dikemudikan oleh satu orang tukang perahu. Untuk satu
orang penumpang harus membayar Rp.1000,-.
Keunikan ini bukan hanya menjadi kebanggaan dari
masyarakat Maluku khususnya kota Ambon, namun juga merupakan lahan atau tempat
dimana masyarakat disekitar tempat itu memperoleh pendapatan untuk kehidupan
pribadi dan keluarga yaitu dengan mata pencaharian sebagai Tukang Perahu.
Seiring dengan berjalannya waktu dan seperti tadi telah dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditandai dengan salah satunya adalah pembangunan
infrastruktur, maka di kota Ambon sejak tahun 2008 telah dilakukan proyek
pembangunan Jembatan Merah Putih. Dengan dilatarbelakangi oleh kehidupan
Masyarakat dalam hal ini Tukang perahu, pendapatan dan perekonomian maka akan
dijelaskan pada paragraf - paragraf selanjutnya tentang : “Dampak Pembangunan
Jembatan Merah Putih di Teluk Ambon Manise“
Proyek pembangunan jembatan Merah-Putih yang akan
membentang di atas Teluk Ambon akan mulai dikerjakan pertengahan 2011. Panjang
'jembatan gantung' ini mencapai 1,02 km, dengan 300 meter di antaranya berada
di atas Teluk Ambon. Sedangkan lebar Jembatan 23 meter dan tingginya 35 meter.
Jembatan Merah Putih akan menghubungkan Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon,
dengan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, yang dekat dengan bandara
Pattimura. Dari total kebutuhan dana sebesar Rp 650 miliar, dana sekitar Rp 100
miliar telah dialokasikan dalam APBN tahun ini. Pemerintah bermaksud membangun
jembatan untuk memperpendek jarak dan mempercepat waktu tempuh dari Kota Ambon
ke Bandara Pattimura di Desa Laha dan Universitas Pattimura Ambon di Poka
sekaligus membangun kawasan Laha hingga Poka karena sudah padatnya Kota Ambon.
Saat ini, perjalanan menuju Laha hingga Poka dari Ambon bisa menggunakan kapal
motor feri dengan waktu sekitar 30 menit atau melalui jalan darat sejauh
sekitar 20 kilometer atau selama sekitar 45 menit. Adanya jembatan akan membuat
waktu tempuh tinggal sekitar 10 menit dan jaraknya pun hanya 1 kilometer.
Meski demikian, pembangunan jembatan ini
dipertanyakan. Hal ini terjadi karena beberapa hal ; yang pertama masih banyak
ruas jalan penghubung antar kabupaten di Maluku yang buruk kondisinya. Ruas
jalan Namlea, Kabupaten Buru, ke Namrole, Kabupaten Buru Selatan, misalnya,
sepanjang sekitar 30 kilometer berupa jalan tanah. Begitu pula di ruas jalan
penghubung antar kabupaten di Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Timur, jalan
sepanjang 15 kilometer masih berupa lapisan pasir dan batu. Menurut salah satu
Ketua Komisi D DPRD Maluku Suhfi Majid, Kamis (17/2/2011), “Jalan penghubung
antar kabupaten lebih penting daripada Jembatan Merah Putih”. Dengan adanya
perbaikan Jalan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat karena didaerah daerah
yang jauh dari kota Ambon, pemukiman masyarakat masih kurang dan lebih banyak
merupakan lahan pertanian, sehingga apabila kelancaran transportasi terjamin
maka akses informasi dan pasar akan lebih mudah yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, apalagi daerah Buru Selatan dan Seram Bagian Timur
adalah kabupaten yang baru dimekarkan. Selain jalan antar kabupaten yang masih
buruk, yang kedua transportasi laut yang menghubungkan antar pulau pun belum
memadai.
Menurut pengamat pembangunan Maluku dari Universitas
Pattimura Ambon, Ampi Tulalesi, dikatakan bahwa dana pembangunan jembatan merah
putih lebih baik dialihkan guna menambah armada transportasi laut. Dengan
demikian, transportasi warga ataupun hasil bumi warga ke Ambon bisa lebih
cepat. Dengan kata lain Pemerintah harus lebih arif. Dengan banyaknya masalah
transportasi di Maluku, lebih baik pembangunan Jembatan Merah Putih ditunda dan
dananya dialihkan untuk memperbaiki konektivitas antar kabupaten di
Maluku," kata Suhfi Majid. Yang ketiga, pembangunan jembatan merah putih
Ambon mulai mengundang kekhawatiran dari sebagian masyarakat khususnya warga
Desa Galala, Poka dan Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon yang sehari
hari berprofesi sebagai tukang perahu. Ini merupakan mata pencaharian yang
telah mereka geluti puluhan tahun. Walaupun dari pihak pemerintah salah satunya
Asisten I Kota Ambon, Dra. Jos Lopulalan menyatakan bahwa Perahu itu unik dan
akan tetap digunakan sebagai alat penyeberangan khusus untuk mahasiswa dan
masyarakat yang sekaligus ingin menikmati panorama laut, namun mereka masih
tetap khawatir hingga hari ini. Kondisi tukang perahu yang seperti ini akan
sangat berdampak pada perekonomian karena tingkat pendapatan yang menurun
ataupun tingkat pengangguran yang bertambah dan juga menurunnya kualitas Sumber
daya Manusia, karena mungkin mereka sulit untuk membiayai pendidikan anak anak
mereka, sehingga efek dari meningkatnya pengangguran adalah peningkatan
kriminalitas di Kota Ambon.
Untuk ketiga masalah ini, perlu adanya kebijakan yang
diambil oleh pemerintah yang terfocus pada sektor – sektor pertumbuhan ekonomi,
misalnya Perikanan yang merupakan sektor unggulan di Kota Ambon. Kebijakan yang
akan diambil perlu memperhatikan sisi ekologi, ekonomi, sosial, yang akan
diatur oleh sebuah institusi yang dalam hal ini adalah dinas yang terkait
dengan kondisi dan kebutuhan Kota Ambon.
Untuk masalah yang pertama sangat berhubungan erat
dengan faktor ekonomi yaitu Alokasi dana yang tepat agar pembangunan dapat
merata di seluruh daerah di kota Ambon. Begitupun dengan masalah yang kedua
masih juga pada Alokasi dana yaitu penyediaan armada laut yang dapat memperlancar
hubungan masyarakat di daerah - daerah dengan Kota Ambon, karena Maluku
merupakan daerah yang terdiri dari Pulau pulau kecil yang dipisahkan oleh laut.
Masalah yang ketiga dapat dikaji dari sisi Sosial masyarakat, yaitu pemerintah
sebagai pengambil kebijakan, perlu memikirkan alternatif pekerjaan yang lain
untuk masyarakat sekitar khususnya tukang perahu yang khawatir akan kehilangan
pekerjaan dan pendapatan.
Apabila semua kebijakan ini diarahkan pada
pengembangan perikanan di Maluku khususnya Kota Ambon, dan melihat pada
kesamaan tujuan yaitu pembangunan transportasi laut (bangunan Kelautan), maka
persoalan kedua menarik untuk dibicarakan. Kekhawatiran dari tukang perahu di
teluk Ambon Baguala, memaksa pemeritah untuk harus berpikir keras tentang apa
yang harus dibuat untuk mengatasi berbagai kecemasan mereka. Keunikan dari
transportasi laut yang berupa perahu layar dan keindahan laut yang dapat
dinikmati ketika melintasi teluk Ambon Baguala ternyata bukan hanya bisa
dimanfaatkan untuk sumber pendapatan masyarakat tukang perahu tetapi juga untuk
menambah devisa bagi pemerintah daerah yaitu Teluk Ambon dan Perahu layar bisa
dijadikan aset Pariwisata, namun ini diperhadapkan dengan 2 hal utama yaitu
menyangkut lingkungan dan Tukang Perahu. Kondisi lingkungan Teluk Ambon baguala
telah tercemar dengan berbagai limbah dari kapal maupun sampah masyarakat,
masih mungkinkah laut ini dijadikan sebagai kawasan Wisata?...... Selain itu
ketika dijadikan kawasan Pariwisata, apakah Tukang Perahu dengan pengetahuan
dan keterampilan yang terbatas dapat memperoleh peluang untuk bekerja dan
memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pada menjadi tukang perahu?
EFEK DAMPAK PEMBANGUNAN JEMBATAN MERAH PUTIH BAGI
KEANEKARAGAMAN BIOTA LAUT DI PESISIR PANTAI RUMAH TIGA DAN PESISIR PANTAI
GALALA
Untuk
memenuhi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah sangat diperlukan suatu
infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi itu, khususnya pembangunan
jalan dan jembatan. Dengan sarana jalan dan jembatan yang memadai ini, maka
proses pertumbuhan ekonomi pada daerah itu akan berjalan dengan lancar dan
baik. Pembangunan jalan dan jembatan ini juga bagus karena cepat untuk menuju
suatu daerah yang ingin dituju. Salah satu infrstruktur yang dibuat itu adalah
Jembatan Merah Putih di Ambon.
Jemabatan dengan panjang 1,06 kilometer, dengan 300 meter diantaranya berada di atas teluk Ambon. Sedangkan lebar Jembatan 23 meter dan tingginya 35 meter ini akan dibangun untuk menghubungkan dua desa, yaitu Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Jembatan yang menghubungkan dua desa tersebut berfungsi untuk mempercepat akses jalan dari Bandara Pattimura Ambon menuju ke Pusat Kota Ambon dan juga untuk mempercepat akses mahasiswa ke Universita Pattimura Ambon.
Jemabatan dengan panjang 1,06 kilometer, dengan 300 meter diantaranya berada di atas teluk Ambon. Sedangkan lebar Jembatan 23 meter dan tingginya 35 meter ini akan dibangun untuk menghubungkan dua desa, yaitu Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Jembatan yang menghubungkan dua desa tersebut berfungsi untuk mempercepat akses jalan dari Bandara Pattimura Ambon menuju ke Pusat Kota Ambon dan juga untuk mempercepat akses mahasiswa ke Universita Pattimura Ambon.
Jembatan
yang dibangun ini juga mempunyai hubungan dengan biodiversitas atau biasa
disebut dengan keanekaragaman hayati. Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati)
adalah keanekaragaman
organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi
bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai
tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem.
Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk
hidup.
Salah satu dari
biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) adalah Keanekaragaman Ekosistem.
Keanekaragaman Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal
balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan tidak hanya dihuni
oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk
hidup lain yang sesuai. Akibatnya, pada lingkungan tersebut akan dihuni
berbagai makhluk hidup berlainan jenis yang hidup berdampingan.
Perbedaan
komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis
makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut
berbeda-beda. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah tersebut juga
bervariasi baik mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Variasi kondisi komponen
abiotik yang tinggi ini akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Salah satu
ekosistem adalah Laut.
Pada
pembangunan Jembatan Merah Putih ini juga mempunyai suatu hubungan atau
interaksi timbal balik antara Jembatan Merah Putih dengan lingkungan
sekitarnya. Lebih khusus hubungannya dengan biota laut yang ada pada pesisir
pantai rumah tiga dan pantai galala. Biota laut yang ada pada sekitar pantai
rumah tiga dan pantai galala ini sangatlah banyak mulai dari terumbu karang,
hewan – hewan laut seperti ikan, dan masih banyak lagi. Biota – biota laut ini
sangatlah penting untuk memenuhi keseimbangan lingkungan sekitarnya,
terkhususnya pada pesisr pantai rumah tiga dan pantai galala.
Adapun
dampak yang ditmbulkan oleh Pembangunan Jembatan Merah Putih, dampak yang
diberikan sangat banyak seperti untuk memperpendek jarak dan mempercepat
waktu tempuh dari Kota Ambon ke Bandara Pattimura di Desa Laha dan Universitas
Pattimura Ambon di Poka sekaligus membangun kawasan Laha hingga Poka karena
sudah padatnya Kota Ambon. Saat ini, perjalanan menuju Laha hingga Poka dari
Ambon bisa menggunakan feri dengan waktu sekitar 30 menit atau melalui jalan
darat sejauh sekitar 20 kilometer atau selama sekitar 45 menit. Adanya jembatan
akan membuat waktu tempuh tinggal sekitar 10 menit karena jarak yang di tempuh
hanya 1,06 kilometer meter saja. Bisa juga menjadi icon untuk kota Ambon dan
menjadi tempat pariwisata juga dapat meningkatkan nama Maluku dalam prestasi
pertumbuhan ekonomi nasional maupun dunia.
Selain dampak
diatas, ada juga dampak yang merugikan bagi lingkungan sekitarnya yakni
pencemaran pada air laut yang disebabkan oleh logam – logam berat yang ada pada
pembangunan jembatan ini. Pencemaran ini akan membuat zat – zat dari logam
tersebut ada yang larut didalam laut dan juga ada yang tenggelam kedasar laut.
Sebagian zat ini akan masuk kedalam jaringan tubuh organisme yang ada pada
sekitar pesisir pantai tersebut. Pencemaran oleh zat – zat logam yang masuk ke
pantai ini akan langsung diserap oleh fitoplankton, kemudian
fitoplankton dimakan oleh zooplankton. Baik fitoplankton dan zooplankton
dimakan oleh ikan-ikan plantivores (pemakan plankton) dan seterusnya sampai
terjadi rantai makanan mulai fitoplankton sampai ikan predator dan pada
akhirnya sampai ke manusia. Bila pencemaran ini berada dalam jaringan tubuh
organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena kesehatan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung
bahan tercemar yang tinggi.
Adapun
dampak merugikan lainnya yang diakibatkan oleh pencemaran ini yaitu rusaknya
terumbu – terumbu karang yang ada pada dasar pantai tersebut. Padahal banyak
manfaat yang di berikan terumbu karang seperti Sumber ikan dan makanan
laut lainnya yang mengandung protein tinggi, Melindungi pantai dan penduduk
dari hantaman ombak dan arus, sumber penghasilan bagi nelayan (tangkapan ikan),
Kekayaan pariwisata bahari yang berdaya jual tinggi (memancing, menyelam,),
Sumber kekayaan laut yang bisa digunakan sebagai obat-obatan alami, Sebagai
laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian.
Dampak
lainnya yang berhubungan dengan sekitar pantai rumah tiga dan pantai galala
yaitu, pencemaran zat logam yang terus menerus dilakukan juga akan membunuh
ikan – ikan yang berada pada daerah pembangunan jembatan tersebut. Selanjutnya
yaitu hilangnya tempat tinggal ikan karena air yang tercemar dan terumbu karang
yang sudah rusak.
Terlepas
dari itu, dampak yang ditumbulkan dari pembangunan Jembatan Merah Putih untuk
adalah terpuruknya perekonomian warga yang tinggal di daerah pesisir pantai
rumah tiga dan pesisir pantai galala. Karena, ketika Jembatan Merah Putih ini
selesai di bangun dampaknya akan dirasakan oleh beberepa pihak seperti ASDP
dalam hal ini kapal Ferry yang selama ini beroperasi di daerah Poka-Galala.
Orang tidak akan lagi menaiki kendaraan penyeberangan ini karena dengan alasan
efesiensi waktu. Jika minat untuk memakai jasa Ferry ini mungurang ototmatis
para penjual jajanan yang tidak lain adalah warga sekitar pesisir panati rumah
tiga dan pesisir pantai galala ini mereka akan mengalami penurunan
penghasilnnya.
Pihak berikutnya yang
merasakan dampak negatif dari pembangunan jembatan Merah Putih ini adalah para
pendayung perahu yang setiap harinya melakukan pekerjaan ini untuk menghidupi
diri mereka dan keluarganya, pengguna perahu yang biasanya menggunakan jasa
pendayung perahu Poka-Galala akan lebih memilih jembatan Merah Putih
sebagai jalur penyebrangan karena mereka lebih mengutamakan
keselamatan dan mempersingkat waktu. Padahal angkutan
perahu ini menjadi favorit para mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti)
Ambon. Karena dengan menggunakan jasa perahu, mereka lebih cepat tiba di kampus
dibandingkan menggunakan kapal penyeberangan Ferry. Dari alasan inilah maka bukan
tidak mungkin jika akan muncul penganggur-penganggur baru karena pekerjaan
sebagai pendayung perahu sudah tidak bisa lagi diandalkan.
Dan itulah beberapa dampak
yang diberikan oleh akibat pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan
antara Desa Poka, Kecamatan
Teluk Ambon dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari kenyataan kondisi yang ada di Teluk Ambon baguala
yaitu:
- Perikanan merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku khususnya kota Ambon
- Pembangunan pasti memberi dampak baik positif maupun negatif. Pembangunan jembatan merah putih merupakan bukti fisik keberhasilan pemerintah Propinsi Maluku khususnya Kota Ambon yang pada sisi lain memberi dampak kurang baik terhadap masyarakat pesisir khususnya tukang perahu di Teluk Ambon Baguala
- Pembanguan di daerah Maluku masih sangat terpusat pada kota Ambon.
- Kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tergantung pada kondisi disekitar lingkungan dan juga pendapatan masyarakat itu sendiri
- Dengan pendapatan yang baik akan meningkatkan Kualitas Sumber daya Manusia karena mengurangi pengangguran dan memampukan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang tinggi serta mengurangi tingkat kriminalitas di daerah Pembangunan jembatan merah putih akan lebih terasa manfaatnya jika pemerinatah daerah mau memikirkan dan menyediakan alternatif pekerjaan lain kepada tukang perahu.Selain sebagai sumber pendapatan, pemanfaatan perahu layar juga dapat di jadikan sumber devisa negara ababila di jadikan sebagai asset Wisata, namum kondisi perairan teluk Ambon Baguala sudah tercemar dengan berbagai limbah, baik kapal maupun limbah masyarakat yang berupa sampah dan lain lain
3.2 SARAN
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah
daerah Kota Ambon yaitu:
- Menitik-beratkan pembangunan pada sektor perikanan dengan tidak mengabaikan sektor lainnya
- Mengalokasikan dana secara adil dan merata kepada pembangunan transportasi bukan hanya terpusat di kota Ambon namun juga di daerah daerah lain di Maluku
- Memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai tukang perahu, dan masyarakat lain secara keseluruhan
- Membantu pemerintah Indonesia dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang merupakan lingkaran setan bagi negara kita yang diakibatkan oleh penurunan pendapatan akibat pengangguran dan akan berdampak pada penurunan kualittas Sumberdaya manusia serta peningkatan Kriminalitas
- Pemerintah daerah kota Ambon, perlu menyediakan lapangan pekerjaan yang lain kepada tukang perahu yang khawatir akan kehilangan pekerjaan akibat pembangunan jembatan merah putih
- Mengadakan pelatihan kepada Tukang perahu atau masyarakat pesisir umumnya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kualitas hidup dan mampu bersaing dalam dunia pekerjaan.
- Kondisi teluk Ambon Baguala perlu diperhatikan agar tidak tercemar
- Pembangunan Perikanan bukan untuk saat ini saja, tapi harus berkelanjutan sehingga bukan hanya dinikmati oleh generasi sekarang namun juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
- Pembangunan berkelanjutan dapat terjadi jika pelaku pembangunan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan ekologi serta pengaruh dari tekhnologi
Apabila solusi ini benar-benar diimplementasikan tentu tidak akan ada
penganguran akibat dari pembangunan jembatan Merah Putih, karena semua pihak
bisa diuntungkan, kami sebagai anak-anak tanah ini ingin PEMDA Maluku bisa
melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan bersama.